You are here
Dari Desa ke Desa: Sebuah Potret Pemberdayaan berbasis Kearifan Lokal di Asia
Primary tabs

Paradigma pembangunan desa mengalami transformasi dari waktu ke waktu. Fokus utama bukan hanya pertumbuhan ekonomi, melainkan juga strategi jangka panjang untuk mengurangi kesenkangan sosial serta menciptakan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Beberapa negara di Asia telah mengembangkan model pemberdayaan yang menekankan pada konteks lokal. Di Fiilipina, terdapat Community-Driven Development (CDD) yang melibatkan komunitas lokal dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Vietnam mengembangkan mekanisme serupa, yaitu memiliki program One Commune One Product (OCOP) untuk mengembangkan produk lokal dan meningkatkan perekonomian desa. Selanjutnya, Jepang telah lama mengembangkan sistem Kominkan sebagai pusat pembelajaran masyarakat berbasis komunitas. Sedangkan, India sebagai negara di Asia Selatan, mengembangkan kelompok swadaya perempuan (Self-Help Groups/SHG) sebagai mekanisme pemberdayaan ekonomi dan sosial.
Hari ini, desa tidak hanya didefinisikan sebagai wilayah secara geografis dan kultural, namun telah bertransformasi menjadi arena sosial dan politis yang memiliki banyak potensi dan daya tawar yang signifikan. Sehingga, banyak desa-desa di berbagai negara khususnya di wilayah Asia telah mengembangkan berbagai sistem yang bertujuan untuk membangun komunitas lokal yang lebih berdaya dan inklusif. Diskusi tentang pemberdayaan masyarakat desa di Asia ini menjadi tema dalam Eurasia Lecturer Series episode 14, bersama Dianni Risda, M.Ed. dari Universitas Pendidikan Indonesia sekaligus perwakilan Eurasia Foundation Indonesia. Pada kesempatan ini, Bu Dianni menekankan bagaimana pentingnya kearifan lokal yang berbasis pada karakteristik masing-masing desa. Berbagai studi kasus dari Asia menunjukkan bahwa program-program yang sukses sering kali bersandar pada kearifan lokal: SHG memanfaatkan solidaritas sosial perempuan desa; OCOP menekankan potensi produk tradisional; Kamikatsu memadukan kesadaran lingkungan dengan nilai gotong royong; dan Kominkan menjadi ruang pembelajaran berbasis budaya komunitas.
Harapannya, setelah mengikuti seri perkuliahan ini, mahasiswa dapat memiliki perspektif yang lebih luas dan kritis tentang bagaimana komunitas desa dikembangkan denga perspektif kearifan lokal yang lebih genuine dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pembahasan tentang pemberdayaan berbasis kearifan lokal menjadi salah satu saran mengembangkan prinsip Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan nomor 1 (menghapus kemiskinan), 2 (mengakhiri kelaparan), 5 (kesetaraan gender), 8 (pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), 10 (mengurangi ketimpangan), dan 11 (kota dan permukiman yang berkelanjutan). (SGA)
Link Terkait
Sistem Informasi
Kontak Kami
Channel Dilogi
Podcast Dilogi
Copyright © 2025,